Motorola merupakan produsen dekoder nomor satu di dunia.Raksasa di bidang teknologi industri Google telah mengakuisisi Motorola Mobility dengan kesepakatan senilai US$ 12,5 miliari atau sekitar Rp107 triliun. Langkah ini diprediksi untuk mengembangkan sistem operasi Android, yang selama ini dikembangkan di smartphone.
Selama ini Motorola juga memproduksi decoder (set -top boxes) yang digunakan oleh sejumlah provider tv kabel di Amerika Serikat.
"Set-top boxes itu bisa menjadi kuda hitam yang tidak diperhatikan sama sekali. Dan Google ingin mengantarkan konten layanan itu ke rumah-rumah," kata peneliti dari ABI Research, Kevin Burden, seperti dikutip dari laman Chicago Tribune.
Selama ini, Motorola Mobility memang mendapatkan sepertiga pemasukannya dari divisi perangkat rumah (home division). Sedangkan, sebagai penyedia kotak set-top decoder, Motorola merupakan penguasa pasar dunia.
Sedangkan, Google memang telah berusaha keras untuk membujuk provider tv kabel dan provider satelit. Namun, usaha keras Google ini tak disertai minat konsumen, yang terlihat tak tertarik dengan Google TV. Selain itu, sejumlah stasiun TV besar di Amerika Serikat, ABC, NBC, CBS, juga memblok akses konten Google TV.
"Semua orang hanya fokus melihat kepada sisi handset (ponsel) dari kesepakatan itu, dan apa yang akan dilakukan dengan Android. Namun, tak banyak yang melihat dampak apa yang bisa diberikan ke Google TV dan kotak-kotak set-top (dekoder) itu," kata analis dari Gartner, Van Baker.
Tapi Van Baker mengingatkan agar Google tak terlalu memaksa konsumen dalam penjualan Google TV. Karena, ini bisa menyebabkan pelanggan tv kabel yang menggunakan dekoder Motorola untuk beralih menggunakan dekoder saingannya, Scientific Atlanta, yang menggunakan jaringan Cisco.
Motorola Mobility mungkin bisa mengintegrasikan Google TV dengan dekodernya. Namun, tetap butuh kerja keras untuk menciptakan sesuatu yang disukai konsumen.
Sedangkan analis dari Current Analysis, Avi Greengart, menilai Google TV bukan tujuan utama dari akuisisi Motorola. "Tapi itu bisa berdampak besar dan bisa jadi kesempatan Google untuk menciptakan ruang keluarga digital (digital living room) di tiap rumah," ucap Greengart.
Seakan menjawab asumsi itu, CEO Motorola Mobility Sanjay Jha mengatakan: "Ada konvergensi hebat yang terjadi antara dunia mobile dengan konten yang masuk ke tiap rumah."
sumber
No comments:
Post a Comment