Monday, May 30, 2011

Malioboro,Kawasan Bersejarah Kota Yogyakarta


“Belum ke Yogya kalau belum ke Malioboro”Jalan Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.Terdapat beberapa obyek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang jalan ini.

Sejarah
 
Jika dirunut dari sejarahnya, pada awalnya Malioboro memang dibangun perlahan sebagai pusat kegiatan ekonomi. Cikal bakalnya dari kawasan Pecinan di kawasan ini, yang muncul sejak Sultan Hamengku Buwono I mengangkat kapiten seorang Cina, Tan Jin Sing, pada tahun 1755. Nama Jawanya, Setjodingrat, dan tinggal di ndalem Setjodingratan (kini terletak di sebelah timur Kantor Pos Besar). Sejak sekitar tahun 1916, kawasan Malioboro sebelah selatan dikenal sebagai pemukiman Pecinan, yang ditandai dengan rumah-rumah toko yang menjual barang-barang kelontong, emas dan pakaian.
Kawasan ini kian ramai setelah Kraton membangun Pasar Gedhe (kini Pasar Beringharjo), yang beroperasi sejak 1926. Kawasan Pecinan mulai meluas ke utara, sampai ke Stasiun Tugu (dibangun pada 1887) dan Grand Hotel de Yogya (berdiri pada 1911, kini Hotel Garuda). Malioboro menjadi penghubung titik stasiun sampai Benteng Rusternburg (kini Vredeburg) dan Kraton. Rumah toko menjadi pemandangan lumrah di sepanjang jalan ini (h 6). Karena itu, secara kultural, ruang Malioboro merupakan gabungan dua kultur dominan, yakni Jawa dan Cina.

Objek Bersejarah
Stasiun Tugu

 
Stasiun kereta api yg menjadi stasiun utama di Yogya terletak di ujung Malioboro, saat ini merupakan stasiun kereta terbesar di Indonesia. Mulai dioperasikan pada 2 Mei 1887 ini, pada awalnya hanya digunakan sebagai stasiun transit kereta pengangkut hasil bumi hingga pada 1 Februari 1905 digunakan juga sebagai stasiun transit penumpang.
Benteng Vredeburg
Dulunya bernama Benteng Rustenburg dibangun oleh Belanda pada tahun 1760 di atas tanah milik Keraton. Benteng ini dibangun dengan tujuan untuk melindungi Residen Belanda yg bertempat tinggal di dalam areal tersebut. Sejak dibangun, gedung ini telah digunakan sebagai : benteng pertahanan 1760 – 1830, tangsi Belanda dan Jepang 1830 – 1945, markas tentara RI 1945 – 1977. Tahun 1985 gedung ini dijadikan Museum Perjuangan dan dibuka untuk umum pada th 1987 dan pada 1992 berganti nama menjadi Museum Benteng Yogyakarta.
Monumen Serangan Umum Satu Maret 1949
 
Catatan sejarah yg menjadi kontroversial karena para pelaku sejarahnya mempunyai versi masing – masing dalam mengungkapkan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Monumennya dibangun di ujung Jl Ahmad Yani di samping depan dari Vredeburg.
Gedung Agung
Berdiri tepat di seberang Benteng Vredeburg, gedung ini dulunya merupakan kediaman Residen Belanda dan pada masa Soekarno dijadikan sebagai Istana Presiden RI semasa Yogyakarta menjadi ibukota negara RI 1946 – 1949.
Disamping gedung-gedung tersebut, di atas kawasan Malioboro dan sekitarnya terdapat banyak bangunan-bangunan bersejarah lainnya yg masih berdiri kokoh seperti
Gedung Bank Indonesia, Pasar Bringhardjo, Gedung BNI, Keraton Yogya, gedung Pos & Giro dll.
Malioboro Tempo Doeloe
Malioboro yang menjadi salah satu simbol bagi Yogyakarta telah mengalami banyak perubahan. Melihat malioboro sekarang menunjuk kemajuan yang ada mungkin membuat orang kagum, setidaknya dari segi fisik. Namun mengurangi suasana yang pada waktu dulu mungkin pernah ada, misalnya keteduhan sepanjang jalan kawasan malioboro. Meskipun malioboro menjadi tempat dagang (dulu maupun kini), tetapi ada suasana lain yang tidak bisa ditemui ditempat lain, setidakya ada sentuhan kultural. Namun malioboro sekarang sepenuhnya adalah untuk kepentingan niaga. Bukan persoalan benar atau salah, tetapi orang segera tahu, bahwa malioboro telah berubah.


 

 
 

Malioboro Kini
Malioboro memang eksotik. Keeksotikan tersebut tetap berpendar hingga saat ini. Ikon Kota Yogyakarta menyediakan aneka macam cinderamata khas Jogja. Perburuan cinderamata sambil berjalan kaki di bahu jalan tempat mangkalnya ratusan pedagang kaki lima menghadirkan suasana nan romantis. Semua ada disini, mulai dari produk kerajinan lokal seperti batik, hiasan rotan, wayang kulit, kerajinan bambu (gantungan kunci, lampu hias dan lain sebagainya) juga blangkon (topi khas Jawa/Jogja) serta barang-barang perak, hingga pedagang yang menjual pernak pernik umum yang banyak ditemui di tempat perdagangan lain.
 
 
 
 
 
 
sumber

1 comment: